Bali, selain dikenal sebagai destinasi wisata dunia, juga memiliki ekosistem laut yang kaya, terutama terumbu karang yang tersebar di berbagai perairan seperti di Nusa Penida, Pulau Menjangan, dan Amed. Terumbu karang di Bali tidak hanya mendukung kehidupan biota laut tetapi juga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, terutama bagi para penyelam.
Namun, ekosistem terumbu karang di Bali saat ini menghadapi ancaman serius. Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Bali, lebih dari 50% terumbu karang di kawasan pesisir Bali mengalami kerusakan. Penyebab utama kerusakan ini adalah aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan dengan bom dan racun, serta dampak dari perubahan iklim yang menyebabkan pemutihan terumbu karang (coral bleaching).
Nusa Penida, salah satu kawasan dengan terumbu karang terbaik di Bali, juga tidak luput dari kerusakan. Pemutihan terumbu karang yang terjadi di kawasan ini dilaporkan meningkat dalam lima tahun terakhir akibat peningkatan suhu air laut. Selain itu, tingginya jumlah wisatawan yang datang untuk snorkeling dan diving juga menjadi tantangan, terutama jika aktivitas tersebut tidak dikelola dengan baik.
Dalam menanggapi situasi ini, pemerintah dan sejumlah lembaga konservasi di Bali telah meningkatkan upaya pelestarian dan restorasi terumbu karang. Dua metode yang kini menjadi andalan dalam upaya restorasi terumbu karang di Bali adalah teknologi Biorock dan penggunaan Reefstar.
Di kawasan Pantai Pemuteran, Buleleng, metode Biorock telah diterapkan dengan sukses. Teknologi ini menggunakan arus listrik rendah yang mempercepat proses pertumbuhan terumbu karang pada struktur logam yang ditanam di dasar laut. “Melalui program Biorock, kita telah berhasil menumbuhkan terumbu karang dengan lebih cepat, yang juga menarik lebih banyak biota laut kembali ke ekosistem,” kata seorang penggiat konservasi di Pemuteran. Hasil dari metode ini sudah mulai terlihat dengan meningkatnya populasi ikan dan kondisi terumbu karang yang semakin sehat.

Selain Biorock, metode restorasi lain yang juga mulai diterapkan adalah Reefstar. Reefstar adalah struktur bintang berkerangka baja yang digunakan sebagai fondasi untuk menumbuhkan terumbu karang. Struktur ini cukup ringan dan mudah dipasang di dasar laut. Di Nusa Penida dan Laut Pemuteran, beberapa kawasan terumbu karang yang rusak telah dipulihkan dengan menggunakan Reefstar. Karang-karang muda ditanam pada struktur ini dan dibiarkan tumbuh, menciptakan habitat baru bagi ikan dan biota laut lainnya.
“Reefstar membantu karang tumbuh lebih stabil dan menyebar lebih luas, sehingga memberikan hasil yang efektif di area dengan kerusakan parah,” kata seorang ahli kelautan yang terlibat dalam program ini di Pantai Pemuteran, Kabupaten Buleleng.

Selain teknologi, upaya edukasi kepada masyarakat pesisir juga terus digalakkan. Kelompok nelayan dan operator wisata bahari diharapkan dapat berperan dalam menjaga kelestarian terumbu karang dengan menerapkan praktik ramah lingkungan. “Kami ingin terumbu karang Bali tetap lestari untuk generasi mendatang, baik untuk ekosistem laut maupun untuk keberlanjutan pariwisata,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali.
Meski tantangan masih besar, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diharapkan dapat mempercepat pemulihan terumbu karang di Bali. Pelestarian ekosistem terumbu karang akan menjadi langkah penting tidak hanya untuk menjaga keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk melindungi sumber daya ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada laut.